Penyuluh KUA Sentolo Hadiri Kegiatan Temu Konsultasi Pencegahan Konflik Paham Keagamaan Islam

Yogyakarta (KUA Sentolo)-Dalam rangka mewujudkan kondisifitas masyarakat dari kemungkinan timbulnya konflik sosial, Penyuluh Agama Islam KUA Sentolo menghadiri Kegiatan Temu Konsultasi Pencegahan Konflik Paham Keagamaan Islam Tahun 2025. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Selasa, (15/7/2025) di di New Saphir Hotel Yogyakarta.

Kegiatan yang diikuti sekitar 50 peserta ini terdari dari unsur TNI, POLRI, Kejati, Kesbangpol, BIN, UIN, FKUB, Ormas Islam, KUA, dan penyuluh agama, serta tokoh lintas iman dan mitra pemerintah.

Kegiatan menghadirkan beberapa narasumber yaitu Nur Khalik Ridwan Akademisi selaku budayawan dan pengamat keagamaan, Dr. KH. Irwan Masduqi, Lc., MA selaku Akademisi UIN Sunan Kalijaga dan pengasuh Ponpes As Salafiyah Mlangi serta dan Prof. Dr. KH. Machasin, MA selaku Ketua MUI DIY dan Ketua FKUB DIY.

Kabid Urais Kanwil Kemenag DIY, Drs. H. Sab’an Nuroni, M.A. dalam sambutan mewakili penyelenggara menyampaikan bahwa kegiatan ini dalam rangka ruang diskusi dan konsultasi lintas sektoral, menyusun peta potensi konflik, merumuskan strategi pencegahan konflik berbasis paham keagamaan secara konkret dan kolaboratif. “Kita ingin membangun kewaspadaan bersama dan menghasilkan rumusan kebijakan yang solutif,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenag DIY, Dr. H. Ahmad Bahiej, SH., M.Hum., saat membuka acara menyampaikan bahwa untuk mencegah terjadinya pontensi konflik kegamaan perlu dilakukan pemetaan yang konkret sedini mungkin. Masih adanya potensi konflik internal sesama umat Islam, antar pemeluk agama, bahkan antara umat dengan masyarakat sekitar menjadi perhatian dan solusi konkret supaya hal tersebut tidak terjadi lagi.

Gesekan sosial masih sering terjadi disetiap moment tertentu, seperti perbedaan hari raya, isi khutbah yang mengandung unsur profokasi, pengrusakan batu nisan oleh kelompok tidak dikenal menunjukkan kita belum streil dari berbagai masalah seperti ini. “Temu konsultasi ini bukan seremoni, harus ada hasil konkret. Kita ingin peta potensi konflik yang faktual, dan rekomendasi yang bisa dijalankan pemerintah daerah serta pihak yang berkepentingan,” tegas Kakanwil Kemenag DIY.

Nur Kholik Ridwan selaku pembicara pertama menyampaikan tentang pencegahan extrimisme teologi dalam Islam. Disampaikan bahwa dalam konsep teologi ada yang namanya tawasuth, yaitu sikap moderat atau jalan tengah. Konsep tawasuth sangat diperlukan, karena apabila tidak menggunakan konsep tawasuth tersebut yang ada akan ditemui adalah kebingungan walau tidak semuanya. “Tawasuth ini sangat penting, karena extrimisme tidak mengenal tawasuth” ungkapnya.

Sedangkan Dr. KH. Irwan Masduqi, Lc., MA., menyampaikan terjadinya konflik keagamaan selain disebabkan karena faktor politik juga karena karena perbedaan pemahamaan dalam madzhab. “Sikap moderat sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya konflik kegamaan tersebut” tandasnya.

Sementara itu Prof. Dr. KH. Machasin, MA sebagai pemateri terakhir menyampaikan peranan tasawuf dan tarekat dalam perspektif moderasi beragama.

Samsudin, S.Ag. selaku peserta utusan dari KUA Sentolo menyampaikan bahwa acara sangat ini sangat penting dalam rangka menambah wawasan tentang deteksi dini pencegahan konflik dimasyarakat. “Hasil dari sini nantinya akan ditularkan kepada jama’ah sehingga narasi moderasi beragama akan terus membudaya dimasyarakat” imbuhnya.

Temu konsultasi selama sehari tersebut mengerucut pada pentingnya membangun narasi Islam yang wasathiyah, memperkuat literasi keagamaan yang ramah, sinergitas lintas sektoral untuk deteksi dini terjadinya poteksinya konflik tersebut. (skd/dpj)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *