Sepekan Belajar di Rumah Ala Kelas 6 MIN 2 Kulon Progo


Kulon Progo (MIN2KP) – Menindaklanjuti surat edaran tentang ketentuan pengaturan jadwal dan sistem kerja ASN di bawah Kanwil Kementerian Agama DIY dalam rangka pencegahan Covid-19 yang memperkenankan madrasah untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah melalui pembelajaran online, maka secara resmi Kepala MIN 2 Kulon Progo, Etik Fadhilah Ihsanti, S.Pd.I., M.Pd., menginstruksikan semua kelas untuk melaksanakan pembelajaran di rumah mulai Jumat-Selasa (20-31/3/2020).

Namun berbeda untuk kelas 6 yang memulai pembelajaran di rumah hari Sabtu (20/3/2020), karena pada hari sebelumnya masih ada ujian praktik membatik. Awalnya kepala madrasah menyampaikan bahwa khusus untuk kelas 6 bisa melaksanakan pembelajaran di madrasah karena untuk persiapan ujian yang sedianya akan dilaksanakan bulan April mendatang.

“Khusus untuk kelas 6 pembelajaran boleh dilaksanakan di madrasah, tetapi harus tetap memperhatikan kebersihan dan memprioritaskan kesehatan. Kita harus bersiap menghadapi ujian yang semakin dekat, tetapi kesehatan juga tidak kalah penting,” ungkap Etik, Kamis (19/3/2020) di tengah rapat koordinasi.

Akan tetapi dengan terbitnya surat edaran baru, yang melarang adanya pembelajaran di madrasah serta mewajibkan semua ASN untuk WFH (Work From Home) maka secara keseluruhan pembelajaran dilaksanakan di rumah.

Hari pertama, Sabtu (21/3/2020) kegiatan pembelajaran pagi diawali dengan persensi melalui WA grup. Rencana awal, pembelajaran kelas 6 ini menggunakan fasilitas Google Classroom, tetapi karena tidak semua siswa berkenan masuk, maka pembelajaran tetap dilanjutkan melalui WA grup. Sebelum pembelajaran dimulai siswa melaksanakan solat dhuha dan dilanjutkan hafalan satu surat pendek di dalam Al Qur’an (disesuaikan dengan SOP pagi di madrasah). Siswa dapat memilih satu surat diantara An-Naba’ sampai surat Al-Infithar yang direkam maupun divideo untuk dikirimkan kepada guru kelas. Pembelajaran dilanjutkan dengan tugas mengerjakan soal Matematika dan IPA yang sesuai dengan indikator dan kisi-kisi ujian. Hasil pekerjaan difoto kemudian dikirim untuk dikoreksi dan dinilai. Penilaian oleh guru melalui foto yang diedit dan dikirim kembali kepada siswa/ wali murid.


Fitri Asmawati, guru kelas 6 mengungkapkan bahwa memberikan soal tidak boleh terlalu banyak ataupun terlalu sulit. “Tentunya soal yang diberikan tidak dalam jumlah yang banyak. Sesuai kemampuan anak dan tidak membebani baik bagi siswa, orang tua maupun bagi guru sendiri. Soal yang terlalu banyak justru akan merepotkan banyak pihak. Belum lagi jika orang tua siswa bekerja di luar dan tidak melaksanakan WFH,” imbuhnya.

Hari kedua, Senin (23/3/2020) dan seterusnya pembelajaran pagi diawali dengan SOP yang sama pada hari Sabtu. Perbedaan yang paling mendasar pada pembelajaran kedua adalah tentang proses koreksi dan penilaian. Untuk hari kedua penilaian diserahkan kepada walimurid. Guru mengirimkan kunci jawaban dan pedoman penksoran setelah semua siswa selesai mengerjakan tugas. Masing-masing orangtua melaporkan hasil kepada wali kelas. Kelebihan cara ini, orang tua benar-benar bisa menilai anaknya masing-masing dan memposisikan diri sebagai guru.

Sementara itu, untuk hari selanjutnya agar pembelajaran tidak monoton dan selalu berhadapan dengan soal, maka siswa diminta untuk menggambar organ peredaran darah manusia. Hal ini dimaksud agar pembelajaran tidak membosankan. Sedangkan untuk meningkatkan kecakapan penulisan siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa diminta bercerita dan menilai tentang guru (wali kelasnya). Ada kekagetan dari beberapa orang tua dan siswa ketika tugas tersebut disampaikan. Namun setelah diyakinkan, akhirnya mereka paham. Bahwa selain meningkatkan kecakapan penulisan, hal tersebut juga menjadi acuan guru untuk dapat memperbaiki pelayanan dalam mengajar.
Tugas lain yang berkenaan dengan bahasa adalah dengan memberi kesempatan siswa untk menuliskan kesan selama pembelajaran di rumah.

Beberapa siswa ada yang merasa senang karena pembelajaran lebih santai, tetapi ada pula yang merasa bosan dan lebih menyukai belajar di rumah. Dhiena Athia Soviani, salah satu siswa mengungkapkan bahwa belajar di rumah itu tidak menyenangkan. “Orang tua kurang maksimal dalam membimbing. Tidak bisa focus. Saya lebih suka belajar di sekolah dan dibimbing bu guru,” katanya.

Berbeda dengan Dhiena, Muhammad Hilmy menyatakan bahwa belajar di rumah itu menyenangkan. “Belajar di rumah itu menyenangkan karena bisa dibantu orang tua dan guru sekaligus. Di rumah lebih santai dan bisa sambil beristirahat, ungkap Hilmy.

Lain Dhiena lain lagi dengan Indah Berlian Nanda. Ia merasa sangat bosan belajar di rumah karena tidak bisa bertemu dengan teman-temannya. “Saya lebih senang belajar di sekolah. Di sekolah bisa belajar dan bermain dengan teman-teman,” terang Indah.

Pembelajaran lain yang tak kalah penting dengan kondisi saat ini adalah tentang kebersihan dan kesehatan. Untuk itu, siswa diminta membuat video singkat praktik mencuci tangan serta menuliskan langkah-langkah dan gambar mencuci tangan sesuai WHO. “Tujuan pembelajaran ini adalah mengedukasi siswa untuk berperilaku hidup bersih, minimal tentang cara mencuci tangan. Hal ini sangat mendukung gerakan mencegah covid-19 yang sedang digalakkan. Mari kita ciptakan gerakan menghadapi covid-19 dengan syukur dan senyuman,” pungkas Fitri. (fas/abi)

1 reply
  1. Ulfi Wafiqoh
    Ulfi Wafiqoh says:

    Pembelajaran di rumah menjadi pembelajaran jg bagi para orang tua, seberapa konek para org tua dalam didikan bersifat formal buat anak-anaknya…hhe

    Balas

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *