Workshop PKG, Kakan Wahib Jamil: Guru PAI Harus Moderat

Workshop PKG, Kakan Wahib Jamil: Guru PAI Harus Moderat

Kulon Progo (Kankemenag) –  Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) harus moderat. Hal itu karena saat ini ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi oleh umat beragama. Kepala Kankemenag Kulon Progo, H.M. Wahib Jamil, S.Ag. M.Pd. menyampaikan hal itu pada Workshop Peningkatan Kompetensi Guru (PKG) PAI SD Kapanewon Wates yang berlangsung di SDN 6 Bendungan, Rabu (13/7/2022) pagi.

“Guru Pendidikan Agama Islam haruslah moderat. Karena saat ini ada 3 tantangan besar yang dihadapi oleh umat beragama di Indonesia termasuk di Kulon Progo. Ketiga tantangan tersebut yakni: Pertama, Berkembangnya cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang berlebihan (ekstrim), serta mengesampingkan martabat kemanusiaan. Yang Kedua, Berkembangnya klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan kehendak atas fungsi agama serta pengaruh kepentingan ekonomi dan politik berpotensi memicu konflik. Ketiga, Berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI,” ujarnya.

Workshop PKG, Kakan Wahib Jamil: Guru PAI Harus Moderat

“Untuk itulah penguatan moderasi  beragama terutama pada proses pendidikan agama di sekolah umum menjadi sangat penting. Sehingga dalam beragama seseorang haruslah tidak ekstrim sehingga menjadi radikal. Tidak juga terlalu lemah sehingga menjadi liberal. Melainkan harus berada dipertengahan. Moderasi beragama dengan empat indikator yang meliputi komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, serta adaptif terhadap budaya dan tradisi harus mampu diimplementasikan pada pembelajaran agama kepada peserta didik,” pinta Kakan.

“Dalam penyampaian materi pembelajaran, seorang guru juga diharapkan dapat memberikan pendidikan yang menyenangkan. Peserta didik harus selalu dalam kondisi yang menyenangkan dan bahagia dalam pembelajaran. Artinya guru agama harus menerapkan nilai kebahagiaan, sehingga dengan demikian peserta didik akan merasakan nyaman dalam belajar,” lanjut Jamil.

Selain itu Kakan Wahib Jamil juga menyampaikan tentang kurikulum merdeka. “Kurikulum merdeka ini lebih fleksibel. Fokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik,” tuturnya.

“Pembelajaran pada kurikulum merdeka ini berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Selain itu
fokus kepada materi esensial, sehingga ada waktu untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar antara lain: literasi dan numerasi.
Fleksibilitas guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai kemampuan peserta didik,” terang Kakan.

“Jadi pada kurikulum merdeka ini diharapkan tidak hanya berubah di sisi hilirnya saja, tetapi harus berpijak pada esensinya/hulunya,” pungkas Jamil. (abi).
Tetap sehat dan semangat
#LawanCovid-19

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *