MAN 2 Kulon Progo Gelar Pengajian Keluarga Besar Guru dan Pegawai

Kulon Progo (MAN 2 KP) – Pengajian  rutin triwulan keluarga besar guru dan pegawai MAN 2 Kulon Progo kembali digelar dengan penceramah Kyai Achmad Najich, (21/8/2022). Ini kali kedua usai pandemi. Pengajian diselenggarakan di rumah Muh Wakhid Sugiyana, salah satu pegawai MAN 2 Kulon Progo yang bertempat tinggal di Bendungan Wates Kulon Progo. Pengajian dihadiri para guru dan pegawai, beserta suami atau istri dan anak.

Kepala MAN 2 Kulon Progo, Hartiningsih, M.Pd. saat memberikan sambutan menyampaikan bahwa pengajian ini adalah pengajian yang kedua setelah pandemi Covid-19 mereda. “Alhamdulillah, pengajian hari ini dapat terlaksana. Kita jadikan pengajian ini sebagai ajang silaturahmi, keakraban, persaudaraan di antara keluarga Bapak Ibu pegawai beserta suami dan atau istri dan anak-anak,” pintanya.

Aning (panggilan akrab Hartiningsih) mengajak kepada semua guru dan pegawai untuk meningkatkan kinerja dan memberikan pelayanan pendidikan terbaik kepada siswa. “MAN 2 Kulon Progo merupakan Madrasah Ramah Anak, madrasah digital, madrasah keterampilan, madrasah adiwiyata nasional, madrasah aman bencana, dan madrasah Zona Integritas. Marilah kita berikan pelayanan prima sesuai dengan predikat-predikat tersebut,” lanjutnya.

Aning pun menyampaikan beberapa prestasi yang telah dicapai MAN 2 Kulon Progo, diantaranya adalah Anugerah Anak Jogja 2022 yang diberikan oleh Gubernur DIY, Hamengku Buwono ke-X. Ia juga menyampaikan prestasi-prestasi yang diraih oleh para siswa, seperti KSM dan OPSI. Ungkapan terima kasih kepada Wakhid Sugiyana selaku tuan rumah beserta keluarga, tetangga, sanak saudara, dan guru  pegawai yang menjadi satu kelompok pengajian telah menyelenggarakan pengajian dengan luar biasa.

Sementara itu Kyai Ahmad Najich, yang memberikan ceramah pengajian, menekankan pentingnya madrasah menyampaikan dan meningkatkan rasa nasionalisme bersamaan dengan rasa  keagamaan secara bersamaan. Ia memberikan contoh bahwa rasa nasionalisme para pahlawan karena didasari rasa keagamaan yang ia memiliki. Mereka berjuang membela negara dan rakyat karena ilmu agama dan rasa keagamaan yang kuat.

Ahmad Najich juga mencontohkan pahlawan kemerdekaan Pangeran Diponegoro. Menurutnya, sebenarnya Pangeran Diponegoro cukup duduk-duduk, hidup nyaman di istana, tetapi karena rasa keagamaannya, rasa sosialnya yang tak tega rakyat hidup menderita, ia mau berjuang memegang senjata melawan kezaliman penjajah. Bahwa ia seorang santri dibuktikan dengan ia selalu membawa Alquran dan beberapa kitab kuning ketika ia bergerilya. Ia selalu membawa biji tasbih membuktikan ia penganut thariqah. “Ini semua membuktikan, rasa nasionalisme selalu seiring sejalan dengan rasa keagamaan. Ini perlu disampaikan kepada para siswa bahwa rasa nasionalisme tidak berlawanan dengan agama,” Kyai Ahmad Najih menerangkan.

Wakhid Sugiyana, selaku tuan rumah, menyatakan terima kasih atas kedatangan bapak ibu guru dan pegawai. “Selamat datang di tempat saya. Saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu semua. Semoga pengajian ini menjadi ajang silaturahmi, ajang memperkuat persaudaraan, ukhuwah Islamiyah di antara seluruh Bapak Ibu pegawai dan guru. Ini kehormatan bagi kami dan kelompok kami,” ungkapnya. (giant/ast/dpj)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *