Kilas Balik Cerita Berdirinya MTsN 5 Kulon Progo
Kulon Progo (MTsN5KP) – Tepat 1 Juli 2023, MTsN 5 Kulon Progo genap berumur 40 Tahun. Sudah begitu panjang perjalanan dan perjuangan yang dilalui oleh para pendiri dan penerus madrasah hingga kini. Sehingga tak heran jika pada Sabtu (1/7/2023) dilaksanakan peringatan Hari Amal Bakti (HAB) MTsN 5 Kulon Progo yang ke-40 di Masjid Jabal Thoriq madrasah setempat.
Beberapa acara dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan HAB, di antaranya kegiatan potong tumpeng, pemberian hadiah dari OSIS, doa bersama, dan ada satu acara yang cukup menarik perhatian hadirin yaitu kilas balik cerita berdirinya MTsN 5 Kulon Progo. Cerita tersebut disampaikan oleh guru IPS, Musdi, S.Pd. yang bisa dibilang merupakan salah satu guru yang pertama sejak madrasah berdiri.
“Saya di sini ingin cerita sedikit tentang berdirinya MTsN 5 Kulon Progo. Awal mula berdirinya madrasah ini didasari oleh semangat untuk memberikan fasilitas pembelajaran agama Islam terutama di daerah Samigaluh dan sekitarnya yang merupakan daerah perbukitan. Dengan adanya madrasah ini, para orang tua bisa menyekolahkan anaknya di madrasah yang mana selain diajarkan ilmu umum juga tentunya diajarkan ilmu agama yang cukup mendalam,” jelas Musdi.
“Madrasah ini tidak serta merta menjadi madrasah yang kita kenal sekarang ini. Madrasah ini dulu berawal dari Yayasan LKMD. Setelah itu berubah menjadi Madrasah Filial Donomulyo, kemudian berubah nama menjadi MTsN Sidoharjo dan akhirnya menjadi saat ini yakni MTsN 5 Kulon Progo. Banyak yang menafsirkan bahwa umur 40 tahun adalah puncak kesuksesan. Alhamdulillah meski belum maksimal akan tetapi pada tahun ini madrasah kita terbukti semakin dipercaya oleh masyarakat dengan perolehan siswa baru yang cukup banyak jauh melebihi tahun-tahun sebelumnya,” imbuh Musdi yang tahun ini akan memasuki masa pensiun.
“Semoga dari cerita singkat ini, seluruh warga madrasah bisa mengambil hikmah bahwa prestasi tidak langsung terjadi begitu saja. Akan tetapi perlu adanya perjuangan keras yang terkadang mungkin di luar nalar kita. Satu contoh ketika saya pertama mengajar dulu juga harus mengajar matematika, karena ketika itu tidak ada guru matematika. Jadi bisa dibilang kondisi saat itu penuh dengan keterbatasan. Akan tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat para pendiri madrasah dahulu untuk memberikan layanan kepada siswa dan masyarakat sekitar. Harapan saya untuk ke depan semoga madrasah tetap menjadi madrasah. Artinya di era perkembangan teknologi seperti saat ini, saya berharap siswa madrasah tetap patuh dengan agama, berbakti kepada orang tua dan guru, serta tetap berakhlak mulia,” pungkasnya. (mic/abi).
Tetap sehat dan semangat
#No Korupsi
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!