Guru Pendidikan Agama Katolik Kulon Progo Studi Tiru Merdeka Belajar
Sleman (KankemenagKP) – SMP Eksperimental Mangunan mengembangkan 7 modal dasar anak dalam pendampingan. Tahapan tersebut penting dalam proses pembelajaran. Hal tersebut diungkapkan Kepala Sekolah Eksperimental Mangunan, Kalasan, Sleman, Eka Adi Sunarso, S.Si., M.Pd. saat menerima rombongan Penyelenggara Katolik Kulon Progo, pada Kamis (30/11/2023).
“SMP Eksperimental Mangunan mengembangkan 7 modal dasar anak dalam pendampingan. Yaitu Karakter, Bahasa, Orientasi Diri, Logika Kuantitatif, Piranti, Olahraga, dan Kerjasama. Semuanya itu menjadi tahapan penting dalam proses pembelajaran di sini,” ungkapnya.
SMP Eksperimental Mangunan yang beralamat di Padukuhan Cupuwatu 2, Purwomartani, Kalasan, Sleman adalah sebuah Sekolah Menengah Pertama yang menerapkan konsep pembelajaran warisan Romo YB Mangunwijaya. Yakni pendidikan berbasis eksperimentasi. Dengan basis eksperimentasi, setiap anak diberikan kebebasan untuk mencoba dan mengalami berbagai proses kehidupan yang ada di sekitarnya, termasuk berbagai permasalahan yang muncul.
Pada kesempatan itu pula, Wakil Kepala Sekolah, Augustinus Windu Aji, S.Pd., M.Pd. menjelaskan, dengan konsep ini sumber belajar anak tidak terbatas pada buku dan guru saja, tetapi juga dari berbagai literasi yang ada di sekitarnya, mulai dari literasi pustaka, ekologi, dan sosial. “Dengan sumber belajar yang sedemikian luas, setiap anak ditantang untuk selalu melakukan eksplorasi di awal proses pembelajarannya,” terang Windu.
Setelah melakukan eksplorasi dan menemukan permasalahan yang ada, anak-anak sampai pada tahap kreasi. Yaitu menggagas solusi dari permasalahan yang ditemukan. Solusi ini bisa bermacam-macam bentuknya. Bisa dalam bentuk karya tulis, produk tertentu, karya seni, dan banyak bentuk-bentuk kreasi lainnya. “Anak-anak juga dibiasakan untuk mempertanggungjawabkan gagasan dan ide yang dimunculkannya. Mereka mempertanggungjawabkan dalam sebuah forum Sidang Retorika,” bebernya.
Forum ini dibuat bukan hanya untuk mempresentasikan hasil kreasi, tetapi bahkan sejak proses awal merencanakan kreasinya. Seluruh proses belajar ini dikemas dalam sebuah proyek pembelajaran atau lebih dikenal dengan Project Based Learning (PjBL). Dengan format proyek inilah anak dikondisikan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan potensi, bakat, dan minatnya masing-masing dalam suasana yang menggembirakan. Dan sebagai puncak dari kegembiraan belajar melalui proses PjBL inilah diselenggarakan Puncak Festival Literasi. Kegiatan ini diselenggarakan selain sebagai tempat untuk mempertanggungjawabkan karya yang dibuat, juga untuk melatih kepercayaan diri, serta keberanian berbicara anak-anak.
Penyelenggara Katolik Kankemenag Kulon Progo, Yohanes Setiyanto, S.S. dalam sambutannya mengatakan bahwa konsep pembelajaran di sekolah ini merupakan salah satu penerapan kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini diberlakukan oleh pemerintah. “Sehingga saya berharap, guru Pendidikan Agama Katolik Kulon Progo hendaknya bisa meniru konsep di sekolah ini. Kemudian mampu melakukan improvisasi untuk menerapkannya dalam pembelajaran yang dilakukan di sekolah tempat tugas masing-masing,” harapnya.
Kunjungan studi tiru ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengalaman baru kepada peserta kunjungan, terutama para Guru Pendidikan Agama Katolik di Kabupaten Kulon Progo, agar dapat mengimplementasikan kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini digalakkan pemerintah.
Kunjungan studi tiru ini diikuti oleh Penyelenggara Katolik beserta staf pelaksana, Pengawas, dan Guru Pendidikan Agama Katolik. Setelah rombongan berkeliling melihat proses pembelajaran yang terjadi di lingkungan sekolah, kunjungan diakhiri dengan pemberian souvenir kenang-kenangan dari Penyelengara Katolik Kankemenag Kulon Progo kepada Kepala Sekolah SMP Eksperimental Mangunan. (cel/abi).
Tetap sehat dan semangat
#No Korupsi
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!