Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili dan Isra’ Mi’raj, Cermin Moderasi Beragama dan Implementasinya bagi Umat
Oleh: Mustika Dewi Maghfiroh
Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang
Magang di Kankemenag Kulon Progo
Perayaan keagamaan memiliki makna yang mendalam bagi pemeluknya. Tidak hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai ajang mempererat hubungan sosial dan budaya. Dua di antara perayaan besar yang memiliki nilai spiritual dan sosial tinggi adalah Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili dan Isra’ Mi’raj. Keduanya mencerminkan keberagaman dan menjadi cermin moderasi beragama dalam masyarakat Indonesia yang multikultural.
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa luar biasa dalam ajaran Islam yang menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Kemudian naik ke Sidratul Muntaha bertemu dengan Allah SWT. Peristiwa ini menjadi momen penting dalam sejarah Islam. Karena di dalamnya terdapat perintah shalat lima waktu bagi umat Muslim.
Sementara itu Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili merupakan perayaan besar dalam agama Konghucu yang dirayakan oleh etnis Tionghoa sebagai bentuk ungkapan syukur kepada leluhur. Tradisi ini juga menjadi sarana mempererat hubungan keluarga dan komunitas. Keunikan Imlek, seperti pertunjukan Barongsai dan penyajian makanan khas, menjadikannya salah satu perayaan yang dinantikan di Indonesia. Sayangnya, seiring perkembangan zaman, sebagian pemuda Tionghoa mulai meninggalkan tradisi ini. Karena dianggap kuno dan tidak relevan dengan kehidupan modern. Padahal, melestarikan budaya dan tradisi leluhur memiliki peran penting dalam menjaga identitas serta memperkaya keberagaman budaya di Indonesia.
Tanpa adanya kesadaran untuk mempertahankan dan menampilkan adat serta budaya dalam suatu agama, pemahaman masyarakat terhadap moderasi beragama dapat berkurang. Namun perlu diingat bahwa perayaan keagamaan juga tidak boleh dilakukan secara berlebihan. Karena dapat menimbulkan dampak negatif seperti ekstremisme, radikalisme, diskriminasi, intoleransi, serta perilaku menyimpang seperti mabuk-mabukan dan berfoya-foya. Oleh karena itu perlu adanya keseimbangan dalam merayakan hari besar keagamaan agar tidak menyimpang dari nilai-nilai moral dan spiritual yang seharusnya dijunjung tinggi.
Moderasi beragama adalah prinsip yang menekankan keseimbangan dalam beragama tanpa mengorbankan nilai-nilai fundamental suatu ajaran. Islam moderat merupakan pendekatan yang sangat relevan dalam konteks keberagaman di Indonesia. Di mana budaya, adat istiadat, serta keyakinan yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai.
Bagi umat Islam, menghadapi perayaan Tahun Baru Imlek perlu disikapi dengan pemahaman akidah yang kuat dan kesadaran moral yang tinggi. Toleransi dalam merayakan perbedaan tidak berarti mengorbankan keyakinan agama. Tetapi lebih kepada membangun sikap saling menghormati agar tidak terjadi perpecahan dalam masyarakat.
Sikap moderasi dalam beragama telah dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS. Al-An’am: 108:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًا ۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ١٠٨
“Janganlah kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa (dasar) pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 108).
Ayat ini mengajarkan pentingnya menjaga sikap saling menghormati dalam keberagaman, serta tidak menjelekkan keyakinan orang lain agar tercipta suasana yang harmonis dalam kehidupan bermasyarakat.
Tips atau kiat cerdas dalam menerapkan moderasi beragama di antaranya dengan:
- Menjaga Moral dan Nilai-Nilai Agama: Menjalankan ajaran agama dengan baik tanpa bersikap ekstrem.
- Pendidikan Pemahaman Agama yang Lebih Baik: Menanamkan pemahaman agama yang benar agar tidak mudah terpengaruh oleh ideologi radikal.
- Dialog Terbuka Antaragama: Membangun komunikasi yang baik antara pemeluk agama agar tercipta saling pengertian.
- Fleksibel dalam Mengadaptasi Moderasi Beragama: Menyesuaikan konsep moderasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensi ajaran agama.
- Memperkuat Esensi Ajaran Agama dalam Kehidupan Bermasyarakat: Mengamalkan ajaran agama dalam interaksi sosial dengan sikap yang penuh kasih sayang dan toleransi.
Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk memahami dan mengimplementasikan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta kehidupan sosial yang damai dan penuh kebersamaan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!