Ketegasan Guru Bukan Kekerasan: Antara Mendidik dan Disalahartikan

Oleh: Kasmad Rifangi, M.Pd.I.

Kepala MIN 1 Kulon Progo

Di tengah perubahan zaman dan pola pikir masyarakat modern, peran guru dalam mendidik tidak hanya diuji oleh perkembangan teknologi. Tetapi juga oleh persepsi yang terus berubah dari orang tua dan wali murid atau masyarakat. Salah satu tantangan yang paling terasa adalah ketika ketegasan guru dalam mendisiplinkan siswa dianggap sebagai tindakan yang berlebihan atau bahkan tidak manusiawi. Padahal, di balik ketegasan itu tersembunyi niat tulus untuk membentuk karakter generasi bangsa.

  1. Ketegasan: Pilar dalam Pendidikan Karakter

Seorang guru bukan hanya bertugas menyampaikan ilmu pengetahuan. Melainkan juga membentuk karakter. Nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, dan rasa hormat tidak bisa diajarkan hanya melalui ceramah. Ia perlu ditanamkan lewat pembiasaan dan ketegasan yang konsisten. Misalnya, mengingatkan siswa untuk berpakaian rapi, menjaga kebersihan dan kerapihan rambut, atau mengajak mereka untuk berjamaah tepat waktu adalah bagian dari latihan karakter yang membentuk kedewasaan dan kedisiplinan. Namun tidak jarang usaha ini justru menuai protes dari sebagian orang tua.

  1. Salah Kaprah tentang Ketegasan

Ketika guru menegur siswa yang berambut gondrong atau berpakaian tidak sesuai aturan lembaganya, ada orang tua yang menganggapnya sebagai bentuk pengekangan atau terlalu mengatur urusan pribadi. Ketika siswa diajak ikut shalat berjamaah, sebagian menganggap itu mencampuri urusan spiritual yang seharusnya jadi tanggung jawab keluarga.

Ketidaksepahaman ini menciptakan rasa takut bagi sebagian guru. Ternyata mereka (guru) mulai ragu menegur siswa. Khawatir akan dilaporkan ke pihak sekolah/madrasah, dimarahi orang tua, atau bahkan diseret ke media sosial dan ranah hukum tanpa konfirmasi. Akibatnya pendidikan karakter yang seharusnya dibangun sejak dini menjadi lemah, longgar, dan kehilangan arah.

  1. Mengapa Guru Perlu Didukung, Bukan Dicurigai

Guru adalah mitra orang tua, bukan lawan. Ketegasan yang dilakukan oleh guru bertujuan agar anak-anak memiliki disiplin diri, sikap tanggung jawab, dan kematangan mental. Tanpa adanya batasan dan penegakan aturan, anak-anak akan tumbuh tanpa rambu-rambu yang jelas dalam menjalani kehidupan sosialnya.

Perlu dipahami, ketegasan bukan berarti kekerasan. Ketegasan selalu dilandasi oleh cinta dan kasih sayang serta komitmen untuk membimbing anak menuju kebaikan. Bahkan dalam banyak kasus, siswa yang dulu sering ditegur dengan tegas justru tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan bertanggung jawab karena pernah merasakan pendidikan yang bermakna.

  1. Perlu Adanya Sinergi dan Edukasi

Yang dibutuhkan hari ini adalah sinergi antara lembaga pendidikan dan orang tua. Sosialisasi aturan lembaga, forum komunikasi yang sehat dan kepercayaan terhadap profesionalitas guru harus diperkuat. Orang tua perlu diberi ruang untuk bertanya, berdiskusi, dan memahami alasan di balik setiap tindakan tegas guru. Begitu pula, guru harus terus belajar membangun komunikasi yang efektif dan empatik kepada siswa dan orang tua. Ketegasan harus dibarengi dengan pemahaman dan pendekatan yang manusiawi.

Mendidik Itu Butuh Keberanian. Menjadi guru pada masa sekarang ini tidak cukup hanya dengan kompetensi akademik. Diperlukan keberanian untuk tetap berdiri pada nilai-nilai kebaikan, meskipun terkadang tidak populer. Keberanian untuk menegakkan disiplin, mengajak kepada kebaikan, dan bersikap tegas demi masa depan anak-anak yang lebih cerah. Karena pada akhirnya, mendidik adalah seni mencintai dalam bentuk paling tangguh. Bukan memanjakan, tetapi membentuk kepribadian yang tangguh diberbagai situasi.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *