Benteng di Balik Hinaan

Oleh : Satria Prias Ananda
Siswa MTsN 3 Kulon Progo
Dulu, duniaku terasa begitu sempit dan tajam,
Kata-kata mereka merajam, membuat nyaliku padam.
Aku datang padamu dengan air mata yang jatuh satu-satu,
Membawa luka dari lisan yang tak tahu cara menyatu.
Saat semua orang sibuk menunjuk kurangku,
Hanya kau yang tetap berdiri teguh di sampingku.
Kau usap kepalaku, kau redam isak yang sesak,
Lalu kau bisikkan kata-kata yang membuat duniaku kembali tegak.
“Jangan dengar mereka,” katamu pelan namun perkasa,
Seolah suaramu adalah perisai dari segala rasa tersiksa.
Kau berikan pundakmu saat aku merasa tak berharga,
Mengajariku bahwa aku adalah permata, meski dunia menganggapku jelaga.
Ibu, jika hari ini aku bisa berdiri tegak menantang badai,
Itu karena tanganmu dulu yang menjahit hatiku yang terurai.
Terima kasih telah menjadi kekuatanku saat aku paling lemah,
Dan menjadi satu-satunya tempat, di mana aku tak perlu merasa kalah.



Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!