Ibuku Surgaku
Oleh: Sugiyanta
Guru MAN 2 Kulon Progo
Ibuku adalah ingatan yang tak pernah selesai aku ceritakan. Di setiap doa dan lelah hidupku, wajahnya selalu hadir sebagai penguat. Ia bukan hanya orang tua, tetapi rumah tempat aku kembali.
Kenangan itu datang saat aku berusia sembilan atau sepuluh tahun, duduk di bangku kelas empat SD. Tubuhku panas tinggi berhari-hari, obat tak kunjung menurunkan demam, dan malam-malam terasa panjang serta menakutkan.
Aku terbaring lemah di dipan bambu, menggigil dan berkeringat. Nafasku berat, kepalaku pening, dan mataku perih. Dalam kabur pandangan itu, aku melihat simbokku duduk di sampingku.
Dengan mata sembab dan suara lirih, simbokku terus menungguku. Tangannya mengusap keningku, bibirnya komat-kamit melafalkan doa. Air matanya jatuh pelan, seolah memohon pada Tuhan agar aku disembuhkan.
Dalam keyakinan dan kasih seorang ibu, simbokku melakukan sesuatu yang saat itu aku tak pahami sepenuhnya. Ia mendekapku dengan penuh kehati-hatian, seperti ingin memindahkan panas itu dari tubuhku.
Ajaibnya, perlahan rasa panas itu mereda. Dadaku terasa ringan, kepalaku tak lagi berdenyut. Suasana yang semula membakar berubah menjadi sejuk dan menenangkan, seperti hujan di musim kemarau.
Mungkin itu bukan sekadar cara, melainkan doa yang dijawab. Doa yang keluar dari hati paling tulus, dari seorang ibu yang rela menanggung apa pun demi anaknya.
Kini, ketika aku dewasa, aku mengerti: surga itu nyata. Ia hadir lewat kasih ibuku, lewat air matanya, dan lewat doa-doanya yang tak pernah putus.




MasyaAllah.. beruntung bisa merasakan syurga yg nyata di dunia.. smg sampai akhirat nanti juga.. aamiin