KUA Kokap Gelar Pembinaan Rois dan Prodiakon, Pentingnya“Memelihara Kerukunan, Perkuat Toleransi”
Kulon Progo (KUA Kokap) – Dalam upaya memperkuat moderasi beragama, Kantor Urusan Agama (KUA) Kokap bekerja sama dengan Kalurahan Hargowilis menggelar kegiatan Pembinaan Rois dan Prodiakon yang berlangsung di Balai kalurahan setempat pada Senin (22/12/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh para Rois (Rohaniawan Islam) dan Prodiakon (Pelayan Ibadat) dari berbagai padukuhan se-Kalurahan Hargowilis. Kegiatan dibuka oleh Susilo Dewi Utami selaku Kamituwa Kalurahan Hargowilis, kemudian dilanjutkan dengan sambutan Lurah Hargowilis, Warsidi, ST.
Lurah Hargowilis, Warsidi, ST menyampaikan pentingnya peran tokoh agama dalam menjaga keharmonisan di lingkungan masyarakat. “Rois dan prodiakon memiliki posisi strategis dalam menciptakan kedamaian di tengah keberagaman masyarakat”. Kalurahan Hargowilis ikut berperan aktif dalam pembangunan sumber daya manusia di bidang keagamaan dengan menganggarkan lewat Anggaran Pendapatan Belanja Kalurahan/ APBKal.,” ujarnya.
Pembinaan keagamaan disampaikan oleh Muhamad Sururudin, S.Ag., Kepala KUA Kokap, dengan tema “Memelihara Kerukunan, Perkuat Toleransi.” Dalam penyampaiannya, ia menekankan bahwa moderasi beragama dapat dipahami sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku yang mengambil posisi wasathiyyah (tengah-tengah), selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam beragama di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen.
“Ada empat pilar utama dalam moderasi beragama, yakni komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap budaya lokal”. Secara sederhana, kita anggap kalurahan Hargowilis ini ibarat miniatur Indonesia. Di dalamnya tidak hanya ada agama Islam saja, tetapi juga agama Kristen, Katolik dan agama lainnya. Maka penting bagi kita untuk memiliki komitmen tinggi pada Pancasila sebagai ideologi bangsa, menjunjung semboyan Bhinneka Tunggal Ika, saling menghormati antar umat, serta menghargai dan mengakomodasi kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat demi tercapainya sikap moderat, ”jelasnya.

Disela-sela penyampaian materi, ia juga mengajak para peserta untuk memberikan tanggapan dan pandangan terkait beberapa contoh kasus intoleransi yang terjadi di masyarakat. Melalui dialog tersebut, kegiatan pembinaan berlangsung lebih interaktif serta memberi ruang refleksi bagi peserta untuk memahami sikap moderat dalam menghadapi perbedaan. Di akhir penyampaian, ia menegaskan pentingnya pesan toleransi dengan mengutip ayat Al-Qur’an. “Agamamu boleh berbeda, tapi kita tetap saudara.” Tambahnya.
Melalui kegiatan pembinaan ini, diharapkan para rois dan prodiakon semakin berperan aktif dalam meningkatkan pemahaman keagamaan, memperkuat semangat kebersamaan, kerukunan, serta senantiasa bersikap moderat di tengah masyarakat. (pma/dpj)




Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!