Berlokasi Dekat Embung Sidoharjo, Pengajian Rutin MTsN 5 Kulon Progo Serasa Wisata

Kulon Progo (MTsN5KP) – Layaknya tanaman yang membutuhkan air, hati manusia juga membutuhkan siraman rohani yang rutin agar tetap terjaga dengan baik. Inilah yang mendasari MTsN 5 Kulon Progo mengadakan pengajian rutin dua kali setiap tahun, yang diadakan di bulan Juni dan Desember. Pengajian diperuntukkan bagi seluruh guru dan karyawan MTsN 5 Kulon Progo beserta keluarga. Pengajian digelar Ahad (15/12), bertempat di rumah Sunarto, salah satu karyawan madrasah. Kebetulan rumah Sunarto dekat dengan madrasah, hanya tetangga dusun, sehingga pengajian serasa seperti berangkat kerja.

Bagi yang belum pernah ke MTsN 5 Kulon Progo, tentu belum tahu jalan dan medan yang harus dilalui untuk sampai kesana. Letak madrasah yang berada di tengah pegunungan tak pelak membuat rute yang dilalui naik turun dan berkelok-kelok. Perlu fisik dan kendaraan yang sehat untuk menempuh perjalanan. Sebab cukup sering ditemui motor, mobil, bahkan truk yang mogok ketika jalan menanjak. Ada cerita dari salah seorang guru ketika berangkat pengajian pagi itu. Ketika melewati jalan yang paling menanjak, istrinya sampai harus turun dari motor karena tidak kuat untuk menanjak. Sebuah perjuangan untuk mencapai tempat pengajian.

Pengajian dimulai pukul 09.00 pagi dengan pemateri Ustadz Muhidin dari MAN 3 Kulon Progo. Turut hadir pengawas madrasah Kabupaten Kulon Progo, Drs. Abdul Hamid Tarwaca, M.SI. Acara dibuka terlebih dahulu oleh Jumal, Kepala Tata Usaha MTsN 5 Kulon Progo, mewakili Kepala Madrasah yang berhalangan hadir dikarenakan sedang sakit. Setelahnya langsung dilanjutkan dengan acara inti oleh Ustadz Muhidin.

Materi pengajian yang disampaikan yakni tentang perbuatan atau perkara yang dapat menghapus amal-amal kebaikan. Setidaknya ada enam perkara tersebut yang disampaikan. “Ada enam perkara yang jika Bapak Ibu lakukan, maka akan menghapus amal-amal kebaikan yang telah dilakukan, yang pertama Al istighlal bi’uyubil kholqi (sibuk dengan aib orang lain), kedua Qaswatul qulub (hati yang keras), ketiga Hubb dunya (cinta mati terhadap dunia), keempat Qillatul haya’ (sedikit rasa malunya), kelima Thulul amal (panjang angan-angan), dan keenam Dhulmun la yantahi (kezhaliman yang tak pernah berhenti),” jelas Ustadz Muhidin.

Pengajian berakhir pukul 11.00 menjelang siang, ditutup dengan makan bersama dan diakhiri dengan jabat tangan antar guru dan karyawan. Sebelum pulang, ada sebagian guru yang singgah terlebih dahulu di Embung Sidoharjo yang letaknya hanya beberapa ratus meter saja dari lokasi pengajian. Embung ini merupakan tempat wisata baru yang ada di Kecamatan Samigaluh, tepatnya di Desa Sidoharjo. Sebelumnya sudah ada wisata Air Terjun Sidoharjo yang kini cukup dikenal luas. Letaknya tidak jauh dari Embung Sidoharjo. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Sampai saat ini Embung Sidoharjo belum dibuka secara resmi karena masih dalam tahap pembangunan. Tapi sudah ada gazebo-gazebo yang bisa digunakan untuk tempat bersantai sambil menikmati pemandangan embung maupun pemandangan lembah dan gunung di sekitar embung. (mic/abi)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *