Penyuluh Agama KUA Wates Selenggarakan Bimbingan Pemulasaran Jenazah
Kulon Progo (KUA Wates) – Dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat dan menanamkan kesadaran terhadap pentingnya tata cara perawatan jenazah, Penyuluh Agama Islam KUA Wates Sofwati, S.Ag. memberikan pendampingan bimbingan pemulasaran jenazah pada ibu-ibu Majelis Ta’lim At-Taqwa dusun Gabus, Hargomulyo, Kokap pada Sabtu (14/10/2023)
Erik Purwanti, selaku ketua Majelis Ta’lim At-Taqwa mengatakan bahwa kegiatan ini dilakukan karena masih banyak sebagian masyarakat di dusun ini yang masih awam dan menganggap bahwa ketika ada orang yang meninggal dunia, maka yang mengurus jenazahnya adalah laki-laki, meskipun yang meninggal seorang perempuan. “Hal ini yang mendorong kami untuk berinisiasi menyelenggarakan bimbingan pemulasaran jenazah bagi ibu-ibu dan mengundang ibu Sofwati, S.Ag. sebagai pemateri yang dilaksanakan di Masjid At-Taqwa, “tuturnya.
“Selain itu harapan ibu-ibu yang hadir saat ini, bisa menerapkan ilmu yang diperoleh dan dapat merawat jenazah ketika ada orang perempuan atau keluarganya yang meninggal dunia,”ungkapnya.
Selanjutnya dalam paparannya, Sofwati menjelaskan bahwa kewajiban kaum muslimin terhadap saudara-saudaranya yang telah meninggal dunia ada empat perkara, yakni memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan. Empat hal tersebut hukumnya fardlu kifayah, artinya semua yang melihat atau mendengar ada mayat, berkewajiban merawatnya. Apabila sebagian kaum muslimin sudah ada yang melaksanakan kewajiban tersebut, maka telah gugur kewajiban bagi yang lainnya.
“Jika mayat itu laki-laki,maka yang memandikan juga laki-laki pula, perempuan tidak boleh memandikan laki-laki kecuali istrinya . Demikian juga jika mayatnya perempuan, maka yang memandikan perempuan pula, kecuali suaminya ” Kunci nya adalah tidak takut, tidak jijik, dan diniatin Lillaahi ta’ala,” tambahnya.
Lebih lanjut Sofwati menerangkan tentang urutan tata cara memandikan jenazah, mulai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memandikan jenazah, cara mengkafani jenazah dan menshalatkan jenazah. Dilanjutkan dengan praktek dari cara memotong kain kafan, memandikan dan mengkafani jenazah dengan menggunakan alat peraga. Praktek ini melibatkan seluruh peserta yang antusias dan dilanjutkan tanya jawab.
Munarwati, salah satu peserta mengaku sangat senang dan bersyukur dengan adanya bimbingan pemulasaran jenazah ini, “mudah-mudahan ilmu ini bermanfaat dan kami tidak merasa takut lagi sehingga dapat mempraktekkan dan menerapkannya ketika ada keluarga atau saudara yang meninggal dunia,” harapnya. (sof/dpj)
Boleh juga itu bu tptq juga mau klo ada sprti itu.memang iya sudah ada yg melaksanakan tpi kbnyakan yg sepuh sepuh.perlunya generasi penerus untuk hal ini