Ngampus di Kampung: Siswa Mandaku Belajar Sosiologi Langsung dari Masyarakat

Kulon Progo(MAN2KP) – “Pembelajaran tidak harus selalu berlangsung di dalam kelas. Belajar dari masyarakat langsung tidak hanya memperdalam pemahaman konsep, tetapi juga membentuk karakter, empati, dan kecakapan sosial siswa sebagai calon warga masyarakat yang aktif dan peduli. Produk akhir dari kegiatan outing class kemarin selanjutnya dikemas dalam berbagai bentuk karya digital yang dibuat oleh siswa sendiri.” Demikian disampaikan Muhammad Ridwan Aziz, S.Pd., guru Sosiologi MAN 2 Kulon Progo saat diwawancarai (27/5/2025) terkait upaya memperkuat capaian pembelajaran Sosiologi Fase F Kurikulum Merdeka pada peserta didiknya khususnya kelas XI H melalui kegiatan Outing Class di Padukuhan Kuncen Bendungan Wates Kulon Progo beberapa waktu lalu.

Menurut Azis, lokasi tersebut dipilih karena merepresentasikan praktik integrasi sosial yang tumbuh secara alami dalam kehidupan masyarakat, sekaligus menyimpan dinamika konflik sosial yang menarik untuk diamati. “Salah satu daya tariknya adalah keberadaan Komunitas Kaleng, yaitu komunitas ekonomi informal yang telah lama berkembang di wilayah tersebut. Dengan mengusung tema Konflik dan Integrasi Sosial, kegiatan ini bertujuan mengajak siswa untuk mengamati langsung kehidupan sosial masyarakat, memahami proses integrasi, serta menggali cara-cara warga menyikapi konflik,” tuturnya.

Para siswa tidak hanya melakukan observasi, tetapi juga berdialog langsung dengan dua narasumber, yaitu Krisbiyanto selaku Dukuh Kuncen, dan Agung Setya Budi dari Komunitas Kaleng. Mereka dibagi dalam beberapa tim kerja sesuai minat dan kemampuan seperti tim pembuat video edukasi, tim poster digital, tim foto naratif, dan tim penulis artikel. Selain itu, panitia dari unsur siswa juga dilibatkan untuk mengelola logistik dan kelancaran kegiatan.

Seluruh proses dibimbing langsung oleh guru mata pelajaran Sosiologi, Muhammad Ridwan Aziz, dan guru pendamping, Ahmad Lukman Hakim, S.Hum., guna membantu mengarahkan dan mengawasi jalannya kegiatan.

Selama kegiatan berlangsung, siswa belajar mengenali simbol dan aktivitas integratif seperti pos ronda, jalan desa yang tertata, rumah-rumah layak huni hasil swadaya warga, serta kegiatan gotong royong dan kerja bakti yang masih terpelihara. Hal-hal yang tampak sederhana itu justru menjadi pengikat kuat antarwarga. Nugra Ikhsanu Harfando, salah satu siswa, mengungkapkan, “Ternyata integrasi sosial itu tumbuh dari kebiasaan-kebiasaan kecil. Dari ngobrol di pos ronda, kerja bakti bareng, sampai sekadar menyapa. Itu yang membuat masyarakat jadi rukun,” ucapnya.

Sementara itu, dari Komunitas Kaleng, para siswa belajar bahwa harmoni juga bisa dibangun di tengah perbedaan. Komunitas yang telah ada sejak zaman kolonial ini, dikenal sebagai pembuat alat-alat rumah tangga dan pertanian dari seng, seperti gembor, ceret, serok, hingga huruf abjad. Mereka tak hanya ahli membuat kerajinan, tetapi juga menjaga kekompakan dan etika dagang. “Kami rutin mengadakan pertemuan seperti arisan. Di sana kami membahas segala permasalahan, termasuk soal distribusi dan harga. Kalau ada masalah, kami selesaikan bersama,” ungkap Agung Setya Budi.

Pembelajaran langsung ini membuka wawasan siswa bahwa konflik tidak harus dihindari, melainkan bisa dikelola dengan komunikasi dan kerja sama. Akmal Murtadha, siswa XI H, merefleksikan, “Dari Komunitas Kaleng, saya belajar bahwa konflik itu wajar, tapi harus diselesaikan dengan saling menghargai dan musyawarah. Harmoni tetap bisa terwujud meski kita berbeda.”

Dalam pesannya kepada siswa, Krisbiyanto berharap agar para pelajar tidak hanya berhenti pada pemahaman teori. “Teori itu penting, tapi pengalaman langsung juga tak kalah penting. Anak-anak perlu merasakan hidup bermasyarakat, seperti ikut kerja bakti, ngobrol dengan tetangga. Karena pada akhirnya, kalian akan kembali ke masyarakat seperti ini,” tegasnya.

Senada dengan itu, guru pembimbing, Muhammad Ridwan Aziz, S.Pd., menegaskan bahwa outing class ini merupakan bagian dari pembelajaran nilai dan karakter. “Melalui kegiatan ini, siswa belajar bukan hanya tentang materi, tapi juga tentang bagaimana bersikap, melayani, dan bertanggung jawab.” (azs/ast/dpj)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *