Kisah Inspiratif, Ketika Buruh Tani Semangat Berkurban

Kulon Progo (Kankemenag) – Bulan Dzulhijah telah datang. Sebagian umat muslim di dunia melaksanakan ibadah haji di tanah suci Makkah. Sedang bagi umat muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji diperintahkan untuk berkurban. Yakni melaksanakan penyembelihan hewan kurban sebagai wujud mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Berikut beberapa kisah inspiratif yang dapat menjadi pelajaran bagi semua umat muslim. Bagaimana semangat umat muslim yang dalam keterbatasannya namun tetap semangat untuk melaksanakan ibadah kurban.

Sri Wuhningsih, Sentolo Lor, Sentolo

Sri Wuhningsih atau sering disapa dengan nama familiernya adalah Bu Sri Wuh. Adalah salah satu jemaah di Masjid At-Taqwa Sentolo. Ia memiliki sebuah motivasi bagi saudara muslim yang lain. Bu Sri Wuh adalah sosok yang ulet, dan pekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesehariannya Bu Sri Wuh bekerja sebagai buruh lepas yaitu menganyam/merenda benang menjadi tas. Pendapatan dari buruh menganyam tas yang tidak menentu, membuat Bu Sri Wuh berusaha keras agar niatnya untuk berkurban bisa terlaksana.

Berawal dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diterimakan beberapa tahun yang lalu. Bu Sri Wuh menyisihkan sebagian uangnya setiap kali menerima BLT. Setelah terkumpul sejumlah 2 jutaan dia membeli seekor kambing betina yang masih muda. Kambing itu dirawat dengan baik, sehingga bisa berkembang biak. Dari seekor kambing betina yang dia pelihara itu, dia meniatkan kalau ada anaknya yang jantan mau digunakan untuk ikut berkurban.

Tahun ini dia sudah bisa ikut berkurban yang ketiga kali dengan kambing yang dipeliharanya. Kambing yang dijadikan kurban pun tidak hanya sekadarnya. Tetapi seekor kambing yang besar dan bagus.

Kambing kurban Bu Sri Wuhningsih yang ketiga, atas jerih payahnya merumput setiap hari. Meskipun di sisi lain harus menutup warung kecilnya yang semakin sepi pembeli. Hal ini karena ketatnya persaingan dengan warung-warung sekitar yang lebih besar dan lebih komplit dagangannya.

Semoga Allah memberikan pahala jariyah kepada Bu Sri Wuhningsih atas inspirasi semangatnya untuk bisa ikut berkurban, sebagai amalan terbaik di bulan Dzulhijah. Walaupun dengan segala keterbatasan ekonominya, namun niatannya yang sungguh-sungguh menyampaikan apa yang dia niatkan.

Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya. Semoga Allah senantiasa memberikan kepadanya kesehatan, kesempatan, umur panjang, untuk terus memberikan motifasi menghidupkan amalan-amalan di bulan Dzulhijah.

Yatiman, Sorobayan, Tirtorahayu, Galur

Yatiman adalah salah satupribadi yang hidup sederhana, tetapi sedekahnya luar biasa. Bapak dua anak ini adalah petani penggarap dan penggembala kambing. Tinggal di rumah sederhana di ujung Padukuhan Sorobayan, Kalurahan Tirtorahayu, Kapanewon Galur.

Yatiman hampir tidak pernah ketinggalan jamaah shalat subuh di Mushala. Padahal jarak tempuh lumayan jauh dari kediamannya. Ia bahkan istiqamah membangunkan warga dengan kentongan dan suara adzan khasnya.

Kebahagiaan menutupi keterbatasannya. Yatiman suka berbagi berita politik nasional dengan cerita guyonan khasnya.

Bahkan apapun hasil panennya, meskipun tidak banyak Yatiman selalu berbagi ke tetangga dan jemaah mushala. Beberapa waktu lalu Yatiman kirim beberapa buah semangka untuk persiapan para petugas kurban idul adha nanti.

Meskipun tahun ini janji Yatiman untuk ikut kurban sapi dua orang dia revisi. Ngapunten Mas, niki panenan semangkane kurang bagus dan harganya turun. Saya ndak jadi ikut sapi ya. Jadinya kurban dua kambing,” ujar Yatiman kepada panitia kurban.

Susanto, Jomboran, Janten, Temon

Susanto yakni seorang buruh tani dan ternak domba kecil-kecilan (tukang ngarit). Ia mengikuti program tabung kurban. Hal ini ia lakukan dengan semangat untuk melaksanakan perintah kurban.

Susanto mempunyai niat kurban yang tinggi. Lalu direspon oleh tokoh agama dengan cara tabungan kurban. Hal ini karena bagi masyarakat petani kecil masih keberatan untuk berkurban dengan mengeluarkan biaya sekitar 4 jutaan.

Di Masjid Baitul Murtaja Jomboran diadakan tabung qurban. Dengan menabung setiap bulan 75 ribu. Jamaah sangat antusias, sehingga kurban menjadi ringan, sebagian besar ikut program ini.

Tahun ini Susanto berhasil mengumpulkan uang lewat tabung kurban tersebut. Ia bergabung dengan yang lain ikut kurban sapi tahun ini.

Tris Senu, Timpang, Pengasih

Mbah Tris Senu yang tinggal di Padukuhan Timpang, Pengasih, Kulon Progo, DIY adalah jamaah Masjid Al Huda Gebangan. Mbah Tris Senu merupakan sosok yang mempunyai semangat ikut ibadah kurban yang tinggi.

Dengan keseharian menggantungkan hasil kebun, seperti kelapa dan pisang. Ia masih bisa menyisihkan rejekinya untuk berkurban. Seperti tahun-tahun kemarin, Mbah Tris melaksanakan ibadah kurban tahun ini di Masjid Al Huda Gebangan.

Untuk tahun ini Mbah Tris berkurban dengan menjual sebagian kayu yang ada di kebunnya. Hal ini karena sekarang hasil kebun menurun terutama kelapa. “Lalu ditambah celengan simpanan mbah putri kalau pas dapat BLT dari pemerintah,” tuturnya.

Mbah Tris Senu mempunyai semangat berkurban karena sering mengikuti pengajian yang ada di masjid setempat. Dengan begitu dia ingin di sisa umurnya untuk terus berbuat baik dan beribadah kepada Allah.

Kebaikan mbah Tris Senu diakui oleh banyak tetangganya. “Ia dikenal sebagai orang yang pekerjaanya mencari rumput untuk pakan ternak (tukang ngarit). Tetapi dia rajin berkurban,” ungkap beberapa tetangga mbah Tris Senu. (abi).

#KementerianSemuaAgama
#MakinDigitalMenjangkauUmat.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *