Penulis Kebanggaan Kankemenag Kulon Progo, Juara I Lomba Cipta Puisi 2021

Kulon Progo (Kankemenag) – Pengawas Madrasah, Barokatussolihah, S.Ag. M.S.I. baru saja mendapatkan penghargaan sebagai juara I dalam lomba cipta puisi yang diadakan Dinas Kebudayaan Kulon Progo. Penerimaan penghargaan dan launching Buku Antologi Puisi bertajuk “Ibu Bumi Bapa Angkasa” tersebut dilaunching oleh Bupati Kulon Progo, Jum’at (3/11/2021) di Joglo Wongsoyudho, Kapanewon Girimulyo.

Selain Barokatussolihah, ada juga guru madrasah dan siswa yang karyanya lolos dalam lomba cipta puisi tersebut. Siwi Nurdiani, S.Pd. (guru MTsN 4 Kulon Progo) juga berhasil mendapatkan peringkat 4 kategori umum. Ada juga Nisa Amalia (siswa MTsN 4 Kulon Progo) yang puisinya termasuk dalam 35 besar kategori SMP/MTs.

Dalam sambutannya, Bupati, Drs. H. Sutedja memberikan apresiasi kepada para penyair Kulon Progo. ”Menulis puisi memerlukan kepekaan rasa, ide, gagasan, dan kemampuan mengolah rasa yang dituangkan dalam tulisan. Kami sungguh mengapresiasi para penulis puisi yang memiliki bakat dan kemampuan dalam menyusun puisi. Sungguh luar biasa antusiasme warga Kulon Progo. Semoga pengembangan karya sastra seperti ini dapat terus dilaksanakan di masa yang akan datang. Selamat kepada para pemenang dan teruslah berkarya,” ungkapnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh ketua DPRD Kabupaten Kulon Progo, Akhid Nuryati, S.E. dan pembacaan puisi oleh para juara masing-masing kategori. Dalam kesempatan tersebut, Barokatussolihah pun membacakan satu puisinya Nenek Penjual Geblek yang berhasil membawanya mendapatkan predikat juara I kategori umum.

Mengapresiasi Antologi Puisi, digelar pula acara bincang-bincang mengenai puisi-puisi dalam Antologi Puisi IBBA tersebut, dihadiri oleh penyair kenamaan Joko Pinurbo, Danu Priyo Prabowo, dan Latief S. Nugroho (sastrawan muda asal Kulon Progo). “Ibu bumi sebagai penanda perubahan zaman di Kulon Progo. Sementara Bapa Angkasa menjadi simbol gerbang yang penting bagi Kulon Progo. Istilah tersebut semacam mantra yang digunakan dalam upacara adat. Artinya bahwa masyarakat Kulon Progo itu tetap berakar tradisi dan tetap siap pada poros peradaban dengan keberadaan bandara di Kulon Progo. Bapa Angkasa juga memiliki makna bahwa ada optimisme di sana,” ungkap Latief.

Hadir pula Danu Priyo Prabowo, budayawan Kulon Progo. “Dunia kesastraan Jawa dan Indonesia di Kulon Progo mendapatkan perhatian yang sangat baik dari pemerintah, khususnya Dinas Kebudayaan Kulon Progo. Dunia kepenyairan di Kulon Progo harus mendapatkan perhatian khusus, mengingat gairah yang luar biasa,” tuturnya.

Sementara Joko Pinurbo, penyair kenamaan di Indonesia asal Yogyakarta mengungkapkan mengenai pentingnya karya sastra bermutu di perpustakaan sekolah. “Antologi ini luar biasa dari segi penampilan dan layout. Sudah selayaknya ada di setiap perpustakaan di sekolah. Buku ini sangat sesuai untuk mengenalkan karya sastra di sekolah. Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dikoleksi di sekolah-sekolah,” ucap Joko.

Ia mengungkapkan bahwa banyak bakat dan mutiara yang ada di Kulon Progo yang harus terus diberikan suport supaya menjadi penulis yang berprestasi. Mereka akan meredup jika tidak ada dukungan. Semoga berlanjut terus tidak hanya dalam puisi, termasuk juga teater. “Salah satu puisi yang menginspirasi Nenek Penjual Geblek, menjadi ikon yang sangat penting dari Kulon Progo. Geblek menjadi bahasa ungkap dan inspirasi. Tetap berakar pada tradisi, tapi juga harus mengangkasa. Geblek disajikan secara modern agar bisa dinikmati sampai luar negeri,” tegasnya.

Latief S. Nugroho juga menggaris bawahi penulis-penulis Kulon Progo untuk meningkatkan riset lebih dalam lagi di lingkungan terdekat, untuk bisa mengangkat hal-hal yang sebenarnya dekat namun justru terabaikan dengan adanya arus informasi online yang tak terbendung.

Joko Pinurbo juga mengatakan bahwa dari kategori umum, didominasi oleh penyair perempuan. “Ini adalah simbol bangkitnya penyair perempuan di Kulon Progo. Nenek Penjual Geblek (karya Ika Zardi Salikha) merefleksikan di satu pihak tidak kehilangan akar budaya kita. Saya merasa merinding pada bait pertama dan terakhirnya. Ada harapan baru untuk geblek, salah satu kuliner Kulon Progo. Beberapa nama yang potensial ini jangan dilepas, supaya bakat mereka terus dipupuk. Mereka bisa beralih peran menjadi mentor,” pungkasnya. (siw/abi).

Tetap sehat dan semangat

#LawanCovid-19

2 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *