Komunikasi Sosial, Saeful Hadi: Moderasi Beragama Kunci Toleransi dan Kerukunan

Kulon Progo (Kankemenag) – Memasuki tahun politik banyak potensi terjadinya perpecahan yang menyebabkan rusaknya kerukunan hidup di masyarakat. Salah satunya karena politik identitas yang didasarkan pada agama, kepercayaan, dan ikatan kultural yang beragam. Oleh karena itu fungsi agama dikembalikan sebagai mana mestinya. Kasubbag Tata Usaha Kankemenag Kulon Progo, H. Saeful Hadi, S.Ag. M.Pd.I. menyampaikan hal itu dalam Komunikasi Sosial yang berlangsung di Aula Makodim 0731 setempat, Selasa (24/10/2023)  pagi.

“Menjelang Pemilu, di tahun-tahun politik ini banyak potensi konflik yang dapat mengganggu kerukunan di masyarakat.  Salah satunya karena politik identitas yang didasarkan pada keadaan minoritas, ras, etnisitas, gender, dan kelompok sosial lain yang merasa terpinggirkan. Dalam perkembangan selanjutnya, identitas didasarkan pada agama, kepercayaan, dan ikatan kultural yang beragam. Untuk itulah fungsi agama harus dikembalikan sebagaimana mestinya,” ujar Kasubbag.

Moderasi beragama menjadi pondasi penting bagi kerukunan umat beragama. Mengingat adanya tiga tantangan besar bagi umat beragama, maka diperlukan arah kebijakan untuk penguatan moderasi beragama tersebut. “Adapun arah kebijakan tersebut antara lain penguatan cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang mengambil jalan tengah. Kemudian penguatan harmonisasi dan kerukunan umat beragama, penyelarasan relasi agama dan budaya, peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama, serta pengembangan ekonomi dan sumberdaya keagamaan,” terang Saeful.

“Hal itu karena saat ini ada 3 tantangan besar yang dihadapi oleh umat beragama di Indonesia termasuk di Kulon Progo. Ketiga tantangan tersebut yakni: Pertama, Berkembangnya cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang berlebihan (ekstrim), serta mengesampingkan martabat kemanusiaan. Yang Kedua, Berkembangnya klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan kehendak atas fungsi agama serta pengaruh kepentingan ekonomi dan politik berpotensi memicu konflik. Ketiga, Berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI,” imbuhnya.

“Untuk itulah moderasi beragama menjadi sangat penting, dengan indikator adanya komitmen kebangsaan (aman NKRI), sikap toleransi, anti kekerasan baik verbal maupun nonverbal, dan menghormati budaya dan tradisi. Sehingga tidak dibenarkan membenturkan budaya dan tradisi, agama dan budaya, serta agama dan negara,” tegas Saeful.

Selain itu Saeful Hadi juga menyampaikan tentang muatan pesan keagamaan dalam moderasi beragama. Yakni memajukan kehidupan umat manusia, menjunjung tinggi keadaban mulia, menghormati hak martabat manusia, mewujudkan perdamaian, memperkuat nilai moderat, menghargai kemajemukan, dan menaati komitmen berbangsa. (abi).

Tetap sehat dan semangat

#No Korupsi

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *