MIM Kenteng Ikuti Konferensi Literasi Nasional Kemitraan Program Literasi dan Kepemimpinan Pembelajaran

Kulon Progo (MIM Kenteng) – Literasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan, tidak hanya dalam dunia pendidikan namun mencakup keseluruhan aspek kehidupan. Sebagai penggerak pendidikan sangat diwajibkan untuk mengetahui arah gerak literasi secara global. Selain itu, kolaborasi literasi juga perlu diperkuat untuk membangun sinergi dalam rangka mencapai tujuan bersama menciptakan generasi yang literat.

Dalam rangka menguatkan kolaborasi dengan pemerintah daerah, MIM Kenteng dan 9 sekolah bimbingan Sekolah Literasi Indonesia dari Kulon Progo menjadi bagian dari kegiatan Konferensi Literasi Nasional dengan tema Kemitraan Program Literasi dan Kepemimpinan Pembelajaran yang diadakan oleh Sekolah Literasi Indonesia serta dilaksanakan secara virtual di ruang Command Room Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Kamis (16/07/2020). Kegiatan + Tambah Kategori Baru diikuti oleh Ikatan Pemimpin Sekolah Literasi Indonesia (INSPIRASI) dari lima wilayah di Indonesia, Bupati Kulon Progo, Kepala Kantor Kementerian Agama, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Sekretariat Daerah, Kepala Dinas Dikpora, Kepala Dinas Kominfo, Kabag Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan, Kepala Cabang Dompet Dhuafa Yogyakarta, Sekretaris Dinas Dikpora, Kasubbag Perencanaan Dikpora, Kasie Pendidikan Madrasah Kankemenag, serta Kawan SLI.

Sementara di ruang pelatihan ada Kasie Kurikulum Dinas Dikpora, Kawan SLI, Korwas Dinas Dikpora, Pokjawas Kankemenag Kulon Progo, spv Pendidikan Dompet Dhuafa Yogyakarta, 10 Kepala Madrasah/Sekolah penerima manfaat SLI Kulon Progo secara virtual via zoom meeting. Sedangkan untuk peserta umum bisa menyimak lewat channel youtube Dompet Dhuafa Pendidikan.

Kegiatan tersebut menghadirkan keynote speaker, Hamid Muhammad, M.Sc., Ph.D selaku Plt Ditjen PAUD Dikdasmen Kemedikbud RI serta para narasumber  yaitu Juperta Panji Utama (GM Divisi Dakwah dan Pendidikan Dompet Dhuafa), Drs. H. Sutedjo (Bupati Kulon Progo), Hendrar Prihadi, S.E., M.M (Walikota Semarang), Hj. Indah Dhamayanti Putri, S.E (Bupati Bima), Drs. Sofian, M.Pd (Kepala Dinas Pendidikan Asahan) dan Umar Iskandar Alam. S.I.P, M.M (Sekretaris Dinas Dikbud Halmahera Selatan).

Andi dari SLI Pusat sebagai master of ceremony membuka konferensi secara bersama dengan doa dilanjutkan pembukaan dengan kuliah umum dari Hamid Muhammad, M.Sc., Ph.D. yang membahas tentang arah gerakan literasi nasioal. Beliau menyampaikan bahwa program bertujuan untuk memberantas buta huruf serta harapan dari gerakan literasi nasional menjadi semakin meluas dan digitalansial. “Basic literasi terdiri dari numerasi, digital, finansial, budaya, kewarganegaraan dan religius. Arah gerakan nasional literasi sekolah dalam pandemi yaitu program ini merupakan komitmen pemerintah sejak tahun 1965 pada konferensi pendidikan se-dunia untuk memberantas buta huruf. Tahun 2000 deklarasi program calistung sebagai upaya literasi, dunia semakin maju, gerakan literasi nasional menjadi semakin meluas menjadi digitalansial,” jelasnya

“Cakupan GNI (Gerakan Literasi Nasional) bukan hanya sekolah, orang dewaasa, tetapi semua jalur terkait literasi. GNI dibagi menjadi literasi sekolah, masyarakat, keluarga yang akan berdampak luar biasa dan berkontribusi pada perkembangan warga negara dan ekonominya. Banyak masyarakat yang belum memiliki kemampuan litrasi sehingga akan menerima secara mentah info dari semua media sehingga GNI harus konsisten serta bijak memilah informasi yang datang. Budaya literasi juga harus tumbuh dalam keluarga. 52 juta anak Indonesia harus jadi anggota masyarakat yang literate agar generasi mampu memfilter semua informasi yang hadir karena info yang baik dan hoax. Literasi media harus bagus agar konflik horizontal tidak terjadi karena berdasarkan hasil evaluasi kurang lebih 218.000 sekolah dibawah Mendikbud (belum termasuk Madrasah kurang lebih 90.000 madrasah), 60 % kekurangan skill pembelajaran digital,” tambahnya.

Dr. Karyadin (Bima) menyampaikan bahwa literasi jangan pernah lepas dari kurikulum, membaca, menulis, dan berhitung. “Proses literasi di daerah kami terasa masih ada yang kurang karena sebagian guru masih belum memaksimalkan skill, kepala sekolah/madrasah kurang lebih baru 20% mendesain literasi, harus ada sarana prasarana yang mendukung. Diusahakan sekolah yang dipiilih harus sekolah khusus yang sarana prasaranyanya sudah bagus supaya tercapai apa yang menjadi target bersama. Literasi jangan pernah lepas dari kurikulum, membaca, menulis, dan berhitung menjadi fokus utama perbaikan literasi kita. Penyakit sekolah/madrasah secara umum dapat dikategorikan menjadi fisik (keadaan sekolah), psikis (sumber daya manusia/gurunya), finansial (pembiayaan/keuangan),” ungkapnya.

Manajer Program Jaringan Sekolah Indonesia Mulyadi Saputra menjelaskan bahwa pojok baca atau ceruk ilmu sebagai salah satu cara untuk membudayakan literasi. Selain itu, data penerima mendapatkan hasil yang memuaskan terkait program SLI. “Dalam 1 semester pencapaian SLI di daerah bimbingan penerima manfaat SLI memiliki tujuan untuk membentuk kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, kemampuan literasi, kemandirian program ekosistem pendidikan, dan performa sekolah. Manajerial, supervisi, dan kewirausahaan tergantung kepala sekolah/madrasah.  Pintar tidaknya siswa tergantung gurunya sehingga budaya literasi fisik maupun non fisik perlu digiatkan. Adanya pojok baca atau ceruk ilmu sebagai salah satu cara untuk membudayakan literasi. Data penerima manfaat program SLI dari tahun 2016-2019 terus meningkat dari 22 menjadi 179 sekolah ditambah 124 Sekolah Jaringan Sekolah Literasi Indonesia (SJSLI) dengan kerjasama Kementerian Agama dan Kemendikbud. Data penerima manfaat program tahun 2019/2020 ada di 5 wilayah di Indonesia dan mendapatkan hasil yang memuaskan terkait program SLI, pelatihan, pendampingan, peningkatan kompetensi, keterampilan pasca pelatihan, kemampuan literasi, performa sekolah, aktivitas pendukung dan publikasi program,” tuturnya.

Syafi’ie EL-Bantanie selaku Direktur Dompet Dhuafa Pendidikan juga menyampaikan beberapa hal yaitu perlunya menjadi pemimpin penggerak peradaban dan memberi contoh kisah-kisah terdahulu. “Kita perlu menjadi pemimpin penggerak peradaban dan memberi contoh kisah-kisah terdahulu. Di Arab ada Al Ghazali dan Jaelani sebagai penggerak peradaban keilmuan umat Islam, di Jepang ada Kimjero pekerja kayu bakar yang kutu buku, dan di Indonesia sendiri ada Bung Hatta yang kemanapun pasti membaca buku serta saat dibuang oleh Belandapun harta karunnya adalah buku (ada 16 peti berupa buku serta mas kawin pernikahannya adalah buku hasil renungannya sendiri). Maka perlu launchingkan INSPIRASI (Ikatan Pemimpin Sekolah Literasi Indonesia) yang harapannya bisa mengglobal, siapa tahu besok bisa menjadi pembicara di UNESCO terkait testimoni untuk best practice lewat literasi di sekolah,” tegasnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan ikrar bersama INSPIRASI yang dipandu oleh masing-masing konsultan relawan di tiap wilayah. Diskusi produktif pasca ikrar dipandu oleh M. Shirli dari SLI Pusat.  “Pencapaian yang luar biasa dari  56 kepala sekolah/madrasah dari berbagai wilayah yang bekerjasma dengan Kawan SLI, sesuai dengan Permendikbud no 23 tahu 2015 tentang literasi bahwa bukan hanya sekedar membaca, menulis, berbicara namun mencakup bebrapa dimensi yaitu baca, tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya, kewarganegaraan dan religius,” ungkapnya.

Rujito, S.Pd.I, M.Pd selaku Kepala Madrasah MIM Kenteng menyampaikan bahwa diskusi berlangsung produktif, setiap wilayah penerima manfaat SLI menyampaikan hasil evaluasi dan monitoring ketercapaian literasi di daerahnya masing-masing. “Diskusi produktif ini setiap wilayah penerima manfaat SLI menyampaikan hasil evaluasi dan monitoring ketercapaian literasi di daerahnya masing-masing. Dari Bima mencetuskan program BIMA RAMA, dari Semarang mencetuskan program JOGO TONGGO, dari Halmahera  mencetuskan program 10 BISA, dari Asahan Sumatra Utara mencetuskan program TONOTO FOUNDATION, dan dari Kulon Progo adalah program PENDEKARKU yang disampaikan Sutedjo selaku Bupati Kulon Progo. Semua memiliki visi, misi dan tujuan untuk memajukan daerahnya, salah satunya dengan gerakan literasi. Kami bangga dan siap untuk menjadi penggerak bagi peradaban pendidikan demi mewujudkan ekosistem pendidikan yang kuat di Indonesia dan khususnya di Kabupaten Kulon Progo. SLI Kulon Progo Menyatu Menyatu Luar Biasa, Menyatu Menyatu Istimewa,” ucapnya. (ras/abi)

Tetap sehat dan semangat

#LawanCovid-19

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *