SMK Bershalawat, Kakan Wahib Jamil: Teladani Rasulullah dan Perkuat Moderasi Beragama

Kulon Progo (Kankemenag) – Umat Islam di seluruh dunia tengah menyambut dan merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dengan peringatan tersebut diharapkan semua umat Muslim mampu meneladani kepribadian Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Kepala Kankemenag Kulon Progo, H.M. Wahib Jamil, S.Ag. M.Pd. menyampaikan hal itu di sela-sela menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Gebyar SMK Bershalawat yang berlangsung di SMKN 2 Pengasih, Selasa (18/10/2022) pagi.

“Rasulullah sebagai uswatun hasanah atau suri tauladan yang terbaik bagi kita umat Islam. Untuk itu sudah sepantasnya kita meneladani akhlak Rasul dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

“Agama diturunkan untuk menjaga keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Karena itu, marilah kita sebagai manusia beriman untuk kembali ke agama yang benar. Agama untuk memberikan inspirasi, sehingga akhlak menjadi lebih baik. Diutusnya nabi adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Agama diturunkan untuk kedamaian, ketenangan, dan ketentraman di dunia,” ujarnya.

“Selanjutnya bahwa ajaran agama mengajak untuk membangun tali persaudaraan di antara semua umat manusia. Tali persaudaraan yang kuat, didasari iman hebat akan menghasilkan output luar biasa,” imbuh Kakan.

“Moderasi beragama menjadi pondasi bagi kerukunan umat beragama. Dalam beragama hendaklah kita lakukan secara moderat atau seimbang. Sehingga tidak menjadi orang yang radikal, namun juga bukan liberal. Sehingga dengan beragama secara moderat diharapkan bisa tercipta kerukunan umat beragama. Jadi yang dimoderasi bukan agamanya, tetapi cara pandang kita dalam beragama,” tutur Jamil.

“Hal itu karena saat ini ada 3 tantangan besar yang dihadapi oleh umat beragama di Indonesia termasuk di Kulon Progo. Ketiga tantangan tersebut yakni: Pertama, Berkembangnya cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang berlebihan (ekstrim), serta mengesampingkan martabat kemanusiaan. Yang Kedua, Berkembangnya klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan kehendak atas fungsi agama serta pengaruh kepentingan ekonomi dan politik berpotensi memicu konflik. Ketiga, Berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI,” lanjutnya.

“Untuk itulah moderasi beragama menjadi sangat penting, dengan indikator adanya komitmen kebangsaan (aman NKRI), sikap toleransi, anti kekerasan baik verbal maupun nonverbal, dan menghormati budaya dan tradisi. Sehingga tidak dibenarkan membenturkan budaya dan tradisi, agama dan budaya, serta agama dan negara,” pungkas Jamil. (abi).

Tetap sehat dan semangat

#LawanCovid-19

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *