Menuju Kesalehan Digital
Manusia diciptakan Allah Swt untuk membuat pilihan dalam hidupnya. Apakah dia mau memilih hal baik atau buruk. Di situ Allah hanya memberikan rambu-rambu serta batasan-batasan terhadap manusia dalam perbuatan dan perilakunya, jikalau baik manusia maka akan mendapatkan pahala dan bilamana sebaliknya maka akan mendapat dosa.
Perilaku yang diarahkan Tuhan dalam perbuatan manusia yang baik sebagaimana pernyataan di atas, selanjutnya disebut dengan kesalehan, dan istilah ini digunakan untuk menyebut seorang muslim/muslimah yang menunjukkan kepada kepatuhan individu terhadap aturan dan sikap istiqamah dalam menjalankan ibadah ritual seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lainnya (kesalehan ritual) dan kepatuhan atau ketaaatan individual di dalam menjalankan ibadah yang dicerminkan dalam sikap kehidupannya sehari-hari, lebih kepada muamalah atau interaksi sosial (kesalehan sosial).
Saat ini, dua kesalehan tersebut memang masih menjadi rumusan penting bagi muslim/ muslimah untuk berpijak kepada ketaatan kepada Allah Swt dari sisi ibadah ritual dan sosial yang muaranya kepada amal. Ada satu hal yang penting juga untuk menambah dua kesalehan di atas yang harus juga dimiliki oleh muslim/muslimah saat ini. Mengapa demikian. Ini karena zaman sudah berubah, dinamis, dan tantangan modernitas semakin melaju. Kalau kemudian, kesalehan ini tidak mampu dikuasai, maka medan perjuangan berdakwah dan beragama bagi muslim/muslimah akan semakin berat.
Makna Kesalehan Digital
Kesalehan digital namanya, merupakan suatu upaya seorang muslim/ muslimah untuk memperkuat diri dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan dengan amal saleh di dunia maya seperti mengingatkan kewajiban, ajakan bersedekah, birrul walidain, bermuamalah yang baik, ber amar makruf nahi munkar dengan social campign (status, cuitan dll), penggunaan media sosial yang bijak dsb.
Sejalan dengan kesalehan digital hakikatnya umat sedang mengamalkan ajaran Allah Swt sebagaimana tertera dalam Q.S. Ali Imran (2) Ayat 110: Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma’rụfi wa tan-hauna ‘anil-mungkari wa tu`minụna billāh, walau āmana ahlul-kitābi lakāna khairal lahum, min-humul-mu`minụna wa akṡaruhumul-fāsiqụn, yang artinya: “Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” Dari ayat tersebut, hikmah yang bisa disampaikan adalah kesalehan digital memiliki peranan penting untuk memperkuat kebaikan, dan memecahkan berbagai problem umat.
Hari ini dan ke depan, kita miris melihat dunia maya yang serba tawaran vulgar tanpa mengindahkan akhlak seorang hamba. Dunia internet telah menghadirkan situs dan akun media sosal yang tanpa filter mempertontonkan dosa bahkan dilihat kapan saja tanpa adanya sekat ruang dan waktu. Kalau kemudian umat muslim ini diam saja tanpa meneriakkan kesalehan digital, maka ujian Tuhan akan di depan mata. Naudzubillahi min dzalik.
Selanjutnya mulai saat ini, mari kita isi ruang digital dan media sosial dengan kesalehan yang nyata, Kesalehan kita di dunia nyata sudah semestinya diwujudkan di dunia nyata. Begitupun sebaliknya kesalehan di dunia nyata juga kita wujudkan di dunia maya. Sehingga pada akhirnya kita secara berjamaah akan saling bersilaturahmi di duna nyata dan dunia maya dalam upaya mencapai kebaikan dan kesalehan yakni kesalehan ritual, sosial, dan digital.
*Penulis adalah Guru pada Madrash Aliyah VIP Pesawat Wates Kulon Progo
editor : Dian Pj
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!